Belajar bahasa Jepang di negara bahasa tersebut digunakan menjadi cita-cita yang diinginkan oleh semua mahasiswa DPBJ. Dengan program U to U, DPBJ selalu mengirimkan mahasiswa yang berprestasi dan terseleksi ke hampir seluruh universitas yang memiliki kerjasama.
Bagi mahasiswa yang belum beruntung untuk terpilih belajar di Jepang, cerita kawan kita berikut sedikit banyak dapat kita jadikan referensi ketika memilih tempat yang cocok untuk dituju saat menuntut ilmu.
Salah satunya ada Dhaniza-san dengan tulisan seperti tercantum di bawah ini.
Dhaniza Anandriana, Pengalaman Setahun Belajar di Prefektur Gunma
Saya Dhaniza, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia. Pada September tahun 2017 lalu, saya diberikan kesempatan untuk bergabung dengan Universitas Gunma selama setahun sebagai pelajar bahasa Jepang. Peluang ini terjadi berkat adanya kerja sama antar universitas yang melingkupi dua program bagi mahasiswa pembelajar bahasa Jepang. Program pertama adalah bebas biaya sekolah namun biaya hidup ditanggung masing-masing peserta. Program kedua adalah program beasiswa yang biaya sekolah, biaya transportasi, dan biaya hidup ditanggung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang, dimana setiap peserta mendapatkan 117.000 Yen setiap bulannya sebagai biaya hidup. Program kedua tentu terdengar sangat menggiurkan, namun sesungguhnya itu merupakan bayaran atas penelitian yang wajib dilakukan oleh setiap peserta di program tersebut. Ya, peserta program ini diwajibkan untuk melakukan penellitian yang di presentasikan dan dikumpulkan di akhir masa program. Dan program kedua inilah kesempatan yang diberikan pada saya.
Pada kesempatan ini, saya ingin menceritakan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat tinggal di Maebashi. Seperti tempat tinggal, biaya hidup, dan cuaca.
Saya berangkat bersama seorang teman dan berkumpul dengan dua lainnya di Stasiun Maebashi, prefektur Gunma bersama mahasiswa pertukaran lainnya. Mahasiswa lainnya datang dari berbagai negara seperti Cina, Taiwan, Mongolia, Amerika, Hungari, Polandia, Thailand, dan Indonesia. Penempatan tempat tinggal mahasiswa asing pembelajar bahasa jepang ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu asrama mahasiswa pertukaran dan apartemen yang bekerja sama dengan koperasi universitas. Karena jumlah kamar di asrama terbatas, beberapa dari kami ditempatkan di apartemen yang letaknya di sekitar kampus. Saya ditempatkan di Nakamura Heights, yang berjarak 500-meter dari kampus. Luas kamar Nakamura Heights yaitu seluas 7 tatami, kamar tersebut meliputi:
- Dapur (sink, cupboard, kompor listrik, dan kulkas)
- Kamar mandi (wastafel, lemari cermin, dan bathtub)
- Toilet (Toilet, bidet, gantungan tissue, dan storage)
- Ruang kamar (tempat tidur, kasur, meja dan kursi untuk belajar, kotatsu, lemari dinding, dan Televisi)
- Beranda (mesin cuci, jemuran baju)
Biaya sewa kamar di Nakamura Heights yaitu sekitar 30.000 Yen, belum termasuk listrik dan gas. Biaya bulanan yang harus saya keluarkan meliputi:
- Internet kamar 2.900 Yen
- Asuransi 1.000-2.500 Yen
- Listrik (tergantung pemakaian) 2.500-5.000 Yen
- Gas (tergantung pemakaian) 2.900-5.000 Yen
- Kamar 30.000 Yen
- Makan (kurang lebih) 20.000 Yen
- Internet HP (DMM. Mobile) 800 Yen
- NHK (tergantung keberuntungan) 2.500 per 2 bulan
Biaya di atas itulah yang dibayar dengan 117.000 Yen yang diterima bulanan. Biaya hidup di Gunma termasuk lebih murah dibandingkan dengan perfektur lainnya. Biaya sewa kamar asrama jauh lebih murah dari apartemen yaitu sebesar 5.900 Yen. Namun jarak tempuh menuju kampus tempat kami belajar cukup jauh yaitu sekitar 4 km, yang biasa ditempuh dengan sepeda atau bis.
Program kami di kampus disebut dengan JProgram, yaitu program yang memfokuskan untuk bahasa Jepang. Kehidupan kampus di universitas Gunma dimulai di awal Oktober, dimulai dengan pre-test untuk menentukan kelas kami belajar. Kelas kami terbagi menjadi dua, yaitu kelas dasar-menengah dan kelas menengah-atas. Selain pelajaran bahasa Jepang, mahasiswa pertukaran dipebolehkan mengambil kelas mata kuliah umum dan mata kuliah departemen.
Seperti penjuru Jepang, kehidupan di Gunma meliputi empat musim. Gunma cukup terkenal dengan musim panas dan musim dingin yang ekstrim. Hari terpanas di Maebashi yang saya rasakan mencapai 44o celcius dengan kelembapan yang sangat tinggi. Pada musim dingin, Gunma terkenal dengan angin kering (karakkaze), yang saking kencangnya membuat sepeda tidak dapat melaju melawan angin tersebut. Meski begitu, Gunma terbilang jarang terkena bencana alam seperti angin topan dan gempa bumi.
Demikian hal-hal yang perlu diperhatikan di kehidupan di gunma yang mungkin dapat saya sampaikan di kesempatan ini. Tentu banyak kejadian-kejadian yang menyenangkan, maupun kurang menyenangkan saat tinggal disana. Namun semua itu menjadi pengalaman berharga bagi saya.
Itulah tulisan dari Dhaniza-san, semoga menjadi info tambahan bagi Anda yang berniat untuk belajar di Jepang.
Terima kasih Dhaniza-san, atas tulisan berharganya. Sukses selalu!