Kali ini akan admin tampilkan tulisan dari Deajeng yang telah kembali ke UPI dari kuliahnya di Tokyo, Jepang. Bagaimana pengalamannya belajar disana? Yuk kita simak tulisannya berikut.
Nama saya Deajeng Dinda JDL, biasa dipanggil Ajeng merupakan mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang UPI. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi pengalaman tentang kehidupan saya selama setahun menempuh pendidikan di Jepang. Melalui program departemen U to U (Universitas to Universitas), saya mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar di Tokyo Gakugei University (TGU) selama satu tahun (tahun 2017-2018) dengan biaya sekolah gratis. Hanya saja dalam program ini, penerima beasiswa tidak mendapatkan uang saku bulanan alias shihi (biaya hidup ditanggung sendiri).
Di TGU setiap mahasiswa asing diwajibkan mengambil minimal 7 mata pelajaran dalam 1 semesternya. Saya mengambil mata kuliah bahasa Jepang dan beberapa mata kuliah umum. Pembagian kelas pada mata kuliah bahasa Jepang dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing individu yang ditentukan dengan placement test di awal perkuliahan. Dalam mata kuliah ini, berkumpul seluruh mahasiswa asing dari berbagai negara dengan berbagai kepribadian dan kebiasaan yang unik. Kemudian pada mata kuliah umum, mahasiswa asing dapat ikut serta dalam kuliah umum yang terdapat di TGU dan dapat berbaur langsung merasakan suasana belajar yang sebenarnya dengan mahasiswa TGU. Selain itu, di sela-sela istirahat siang pun sesekali saya mengikuti kelas bahasa isyarat dan diundang untuk mengikuti seminar islam atau menjadi tamu di mata kuliah agama islam.
Untuk tempat tinggal, kami menyewa dormitory yang letaknya kurang lebih 5 km dari TGU. Jarak yang tidak begitu jauh dapat ditempuh dengan sepeda, bus, atau kereta. Tidak hanya mahasiswa TGU, mahasiswa dari beberapa universitas pun tinggal disana sehingga saya bisa memperluas ruang lingkup pertemanan dengan mudah. Biaya sewa kamarnya sangat murah, hanya 5.900 yen/bulan. Jika di total dengan biaya lain-lain pun seperti, listrik, air, iuran fasilitas umum, dan iuran pengurus hanya berkisar 20.000 yen.
Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan hidup, saya bekerja paruh waktu di kaiten kurazushi, menjadi guide ataupun interpreter. Biasanya saya kerja sepulang kuliah setiap hari senin-jumat kurang lebih 4-5jam perhari. Belajar sambil bekerja memang melelahkan, namun menyenangkan karena bisa mendapatkan berbagai macam pengalaman yang tidak di dapatkan di kampus. Saya pun dapat mengaplikasikan pelajaran bahasa Jepang yang saya dapatkan di lingkungan kerja.
Lalu di akhir pekan atau hari libur saya gunakan untuk sedikit berjalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang saya impikan sejak dulu! Saya bisa menikmati keindahan pergantian empat musim, mencoba berbagai makanan, mendapat teman lintas negara dan mencoba hal-hal baru. Intinya, dengan program pertukaran ini saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan yang tidak terkira, serta pengalaman yang sangat berharga yang mungkin tidak akan saya dapatkan setelah lulus kuliah. Terimakasih kepada Sensei-gata yang telah membimbing dan memberikan saya kesempatan luar biasa ini!