Belajar bahasa Jepang di negara bahasa tersebut digunakan menjadi cita-cita yang diinginkan oleh semua mahasiswa DPBJ. Dengan program U to U, DPBJ selalu mengirimkan mahasiswa yang berprestasi dan terseleksi ke hampir seluruh universitas di Jepang yang memiliki kerjasama dengan DPBJ UPI.
Bagi mahasiswa yang belum beruntung untuk terpilih belajar di Jepang, cerita kawan kita berikut sedikit banyak dapat menjadi penyemangat belajar ataupun dapat kita jadikan referensi ketika memilih tempat yang cocok untuk dituju saat menuntut ilmu. Di artikel sebelumnya telah diperkenalkan pengalaman Dhaniza-san yang kuliah di Prefektur Gunma. Berikutnya Asti-san akan bercerita mengenai pengalamannya menuntut ilmu di Kanazawa University.
Asti Sopiyanti, Pengalaman Belajar Setahun di Universitas Kanazawa
Nama saya Asti Sopiyanti, mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia. Kali ini saya akan berbagi pengalaman kehidupan saya selama satu tahun di Jepang. Pada bulan juni tahun 2017, saya dinyatakan lulus program U to U yaitu (university to university) 日本語・日本文化研修留学生 (nihongo-nihon bunka kenshuu ryuugakusei) atau sering disingkat (nikkensei) di universitas Kanazawa dengan beasiswa monbukagakusho. Program ini merupakan program yang diperuntukan untuk mahasiswa jurusan bahasa jepang S1 jurusan sastra atau pendidikan bahasa jepang. Salah satu tujuan dari program ini adalah untuk memperdalam pemahaman tentang bahasa dan budaya Jepang. Kemudian fasilitas yang diberikan oleh beasiswa ini adalah berupa biaya kuliah yang ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, tunjangan hidup 117.000 yen/bulan, dan Bebas biaya pembuatan visa pelajar.
Meskipun biaya di atas telah dicover oleh pemerintah, untuk biaya tempat tinggal/asrama selama 1 tahun tetap ditanggung sendiri. Kebetulan waktu itu pihak kampus Kanazawa menyediakan 2 tempat tinggal yaitu 国際交流会館 kokusaikouryuukaikan (asrama) dan 先魁sakigake (share house) jadi kita bisa memilih mau tinggal dimana. Kedua tempat ini sebenarnya masih berada di lingkungan kampus Kanazawa, perbedaan dari kedua tempat ini adalah dari segi kamar, untuk kamar 会館kaikan/asrama bersifat individual maksudnya di dalam satu kamar sudah tersedia tempat tidur, dapur, toilet dan beranda yang hanya bisa digunakan oleh orang yang tinggal di kamar tersebut. Sedangkan sakigake 先魁 adalah bangunan yang menyerupai rumah di dalamnya terdapat 5 buah kamar (tempat tidur dan belajar) 1 orang 1 kamar, kemudian dapur yang digunakan bersama dan 2 ruangan toilet. Karena berbagai alasan waktu itu saya memilih untuk tinggal di kaikan/asrama. Biaya asrama perbulan termasuk listrik sekitar 28.000 yen. Biaya air dan gas (tegantung pemakaian) baiasanya sekitar 2000 yen. Lalu biaya lainnya yang harus dikeluarkan tiap bulan yaitu biaya asuransi.
Kemudian untuk program pembelajaran diawali pada awal bulan oktober 2017 dimana sebelumnya semua mahasiswa asing (ryuugakusei) diharuskan untuk mengikuti orientasi mengenai mata kuliah apa saja yang harus diambil, berapa banyak SKS yang harus ditempuh untuk satu semester kedepan. Setelah melakukan orientasi, meskipun kita sudah mempunyai standar kemampuan bahasa jepang/JLPT masing-masing, semua mahasiswa asing diharuskan untuk mengikuti ujian kemampuan bahasa jepang kembali yang diadakan oleh pihak kampus Kanazawa. Ujian ini bertujuan untuk mengkur level kemampuan bahasa jepang yang nantinya akan menentukan di kelas manakah kita akan belajar bahasa jepang. Level kelas bahasa jepang ditentukan dari hasil test tersebut yaitu dimulai dari level pemuala (level A), (level B), (level B-C), (level C), (level D1,D2), (level E) dan (level F). Pada saat itu saya masuk ke (level E) maka saya diharuskan untuk mengambil kelas bahasa jepang level E untuk satu semester dimana kelas bahasa jepang ini diadakan 3x dalam satu minggu.
Kemudian karena saya datang ke Jepang dengan program nikkensei ada mata kuliah khusus yang harus saya ambil yaitu アカデミックライティング日本語 academic japanese writing yaitu mata kuliah yang berisi tatacara bagaimana menulis report atau karya ilmiah dalam bahasa jepang. Selain itu ada mata kuliah khusus lainya seperti 文化演習 bunkaenshuu dan 終了レポートshuuryorepooto. Kedua mata kuliah ini adalah mata kuliah yang paling sulit diantara semua mata kuliah. Mengapa dikatakan sulit, karena disini saya harus melakukan diskusi, persentasi berbagai tema permasalahan budaya, sosial, sejarah dsb menggunakan bahasa jepang selama kurang lebih 1 jam lamanya. Tidak hanya cukup samapai disana saja, bersama dengan ke 12 teman nikkensei dari berbagai negara, saya juga harus menyiapkan penelitian untuk dipersentasikan di akhir program ini sebagai hasil dari tujuan program nikkensei.
Walaupun terdengar sangat berat, saya sangat menikmati setiap proses pembelajaran yang saya dapatkan disana. Mulai dari pengalaman berdiskusi dengan dosen yang benar-benar ahli di bidang linguistik, pengalman mengikutiゼミ(zemi), dan merasakan bagaimana susah dan senang melakukan sebuah penelitian. Saya sangat bersyukur karena salah satu impian saya sudah tercapai. Saya bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang baru, belajar hal baru dan masih banyak lagi. Semua ini tidak akan terjadi tanpa izin Allah SWT, doa orang tua dan bimbingan Sensei gata, saya ucapan terimakasih yang tak terhingga karena telah memberikan pengalaman yang begitu sangat berharga.
Demikian tulisan dari Asti-san, yang sedikit banyaknya dapat dijadikan referensi bagi Anda yang berniat untuk belajar di Jepang.
Asti-san, terima kasih atas sharing-nya. Semoga sukses selalu kedepannya.