Resensi Buku “The Travelling Cat Chronicles”

Resensi buku kali ini ditulis oleh Salsa Billa Aurelia*

Judul Buku                        : The Traveling Cat Chronicles 旅猫リポート

Penulis                               : Arikawa Hiro

Penerbit                             : Haru

Tanggal Terbit                  : Mei 2019

Jumlah Halaman              : 368 halaman

 

*Untuk meningkatkan kemampuan literasi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah literasi tahun 2019 mendapat tugas membuat resensi buku 6 buah selama 4 bulan.

 

 

              “Kucing itu adalah makhluk yang menentukan kesukaannya sendiri, rendah kemungkinannya kami akan menyukai apa yang kau suguhkan.” – Nana, The Traveling Cat Chronicles.

              Buku The Traveling Cat Chronicles mengisahkan tentang persahabatan sejati dan mengharukan antara manusia dan seekor kucing bernama Nana dan majikannya bernama Satoru. Buku ini terdiri dari dua bagian, yaitu kisah Nana dan Satoru, kemudian kisah masa lalu Satoru bersama teman-temannya dimasa sekolah.

              Novel ini memiliki sebagian narasi dari sudut pandang si kucing, dimana hal ini membuat pembaca dapat merasakan perasaan si kucing langung dari apa yang si kucing ungkapkan. Kucing dalam novel ini merupakan seekor kucing liar yang diadopsi oleh seorang pria lajang bernama Satoru. Dilihat dari bentuk ekor si kucing yang unik maka Satoru pun menamai kucing tersebut Nana yang artinya tujuh dalam bahasa Jepang dan melambangkan keberuntungan.

              Perjalanan dalam buku ini dimulai ketika Satoru mengatakan pada Nana bahwa ia sudah tidak bisa merawat Nana lagi. Tak diketahui pasti alasan kenapa Satoru mengatakan hal demikian. Satoru sangat menginginkan seseorang yang bisa merawat Nana penuh cinta dan ketulusan, sehingga Satoru berpikir untuk mengirim banyak E-mail kepada teman-teman baiknya saat dimasa sekolah dulu dan menawarkan mereka untuk merawat kucingnya.

               Satoru dan Nana memulai perjalanannya mengelilingi Jepang dan berkunjung ke setiap rumah teman-teman Satoru menggunakan mobil Van berwarna perak yang telah menjadi mobil kesukaan Nana sejak masih menjadi kucing liar. Perjalanan ini bermaksud untuk mencari siapakah diantara teman-teman Satoru yang mampu merawat Nana. Teman pertama yang mereka kunjungi ialah Kousuke, teman Satoru di masa sekolah dasar, yang kebetulan saat itu sedang dalam masalah perkawinan. Selanjutnya Satoru dan Nana mengunjungi Yoshimine, seorang teman dari sekolah menengah yang sekarang bekerja sebagai petani. Kemudian pasangan Sugi dan Chikako, teman masa sekolah menengah terdekat Satoru yang menikah satu sama lain.

              Pada akhirnya dengan berbagai masalah dan kesulitan di antara mereka, tak seorangpun yang berhasil mengadopsi Nana. Di bagian perjalanan ini saya banyak mengetahui mengapa Satoru begitu dicintai oleh teman-temannya dan mengapa Satoru sangat menyayangi teman-temannya itu. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Satoru memutuskan untuk mengunjungi bibinya di luar kota. Dan di bagian inilah sedikit demi sedikit saya bisa mengetahui kebenaran tentang Satoru.

              Satoru didiagnosa mengidap tumor otak, hal inilah yang membuat Satoru resah apabila kelak suatu hari ia tiba-tiba pergi dan membuat Nana menderita sendirian. Dari awal kisah dimulai, melalui  narasi yang dibangun oleh Nana, Nana sudah mengetahui ada yang tidak beres dengan Satoru, tapi Nana berusaha menolak instingnya dengan kuat. Karakter Nana sebagai kucing yang tsundere sukses membuat saya gemas sekaligus haru. Hingga pada suatu hari, Satoru tumbang dan diharuskan tinggal dirumah sakit sampai akhir. Dibagian ini pergolakan batin antara Nana dan Satoru benar-benar luar biasa.

              Hari itupun tiba, Satoru dinyatakan meninggal dunia. Nana adalah kucing yang luar biasa, disaat kerabat Satoru menangis dengan hebat, Nana dengan tegar mengatakan bahwa, “Sampai akhirpun, aku tetap kucing Satoru.”

              Novel ini ditutup dengan kisah penuh haru. keputusan Nana yang lari dari rumah dan memilih bebas adalah bagian paling emosional dalam novel karya Arikawa Hiro ini. Dan hingga akhir hayat Nana pun, jiwa Satoru tetap berada disampingnya.

              Dari perjalanan kisah di novel ini, saya percaya bahwa hewan memiliki pikiran dan perasaan yang jauh lebih murni dibandingkan manusia. Mereka bertindak bebas sesuai dengan apa yang mereka inginkan, misal memberikan kesetiaan. Bagi hewan, kesetiaan adalah hal yang paling sulit dilakukan, terlebih oleh seekor kucing. Namun apabila mereka telah memberikan kesetiaanya, tidak ada hal lainnya yang lebih membahagiakan lebih dari itu.