Fithrie, Cerpen “Biarkan Dia Pergi”

Dosen DPBJ Ibu Noviyanti Aneros S.S., M.A yang mengajari kami pada mata kuliah Nihon Bungaku atau Sastra Jepang pada tahun 2017, meminta kami untuk membuat hasil karya berupa cerpen terkait Jepang.

Berikut hasil karya cerpen yang telah saya coba tulis. Semoga dapat menghibur para pembaca semua.

“Biarlah Dia Pergi”

Fithrie Nur Maidah

Tolong aku kak…!”
Terdengar jeritan hati diliputi suara tangis yang memecah ketika  aku menjawab telpon dari HP kesayanganku. Rintihan seorang gadis remaja yang sedang merasa tertekan akibat ulah seorang laki-laki yang sangat dicintainya. Gadis itu bernama Sakura. Dia begitu sangat terpukul setelah mengetahui kebusukan yang dilakukan oleh laki-laki yang sangat dicintainya. Musnah sudah semua mimpi-mimpi manis bersama laki-laki itu setelah ia mengetahui dengan nyata kebusukan apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki yang sangat dicintainya itu. Perselingkuhan!!! Ya, perselingkuhan yang dilakukan bukan untuk yang pertama kalinya. Sungguh tragis dan sadis!

 

“Ya, sudahlah sayang. Kamu tenang dulu dan banyak-banyak istighfar.” Jawaban yang sangat klise terlontar dari mulutku walau hatiku sebenarnya tidak mengerti andai itu terjadi padaku.
“Iya kak, aku harus gimana!?” Tangisnya kembali memecah dan kembali aku mengatakan,”Sabar… Sabar…”
Lalu gadis itu berkata dalam isak tangisnya,”Hari ini kakak gak ada acara kemana-mana?”
“Aku mau ke rumah kakak dan menginap beberapa hari di rumah kakak. Boleh gak kak..?”

Aku terdiam beberapa detik karena sebenarnya aku ada acara ketemuan dengan seseorang hari ini. Tapi hatiku tak tega membiarkan gadis itu dengan derita batinnya.
“Iya kakak gak kemana-mana ko hari ini.”
“Kakak tunggu di rumah yah!?” Sambil menyilangkan kedua kakiku dan kulihat kulit kakiku sangat kering. Aku lupa belum memolesnya dengan lotion.
“Ya kak. Makasih ya kak?” Jawabnya dengan suara yang sedikit agak tenang dan masih kentara kesedihan dari suaranya.
“Iya sayang…” Balasku sembari aku memoles lotion untuk kulit kakiku yang kering.
“Assalamualaikum kak…”
“Walaikumsalam…” Tut tut tuuuttt.

Pembicaraan yang mengharukan pagi itu pun selesai.
Matahari semakin tinggi dan aku mulai mengantuk. Entah kenapa belakangan ini aku gampang banget punya rasa ngantuk. Tapi masih mending ketimbang aku gampang banget punya rasa cinta. Bisa berabe urusannya. Alamat bakal banyak yang aku sakitin ntar. hihihi

Tapi aku belum tenang kalau harus langsung tidur di kasur empukku sebelum aku menyapa sahabat-sahabatku di dunia maya yang Insya Allah akan menjadi sahabat-sahabat di dunia nyata juga nantinya. Pekerjaan rutin yang harus dan wajib aku lakukan setiap hari dan gak pernah merasa bosan menyambangi mereka. Karena aku memang butuh mereka. Kira-kira mereka membutuhkan aku gak yah!? Kayaknya sih pasti membutuhkan aku. Soalnya aku kan memang nyenengin dan ngangenin banget buat mereka sekaligus sering menyebalkan juga buat mereka…hohoho

Iya aku tuh suka banyak nanya ini dan itu tentang dunia situs dan IT. Kadang-kadang aku merasa kasihan juga saat mereka begitu lelah mengajari aku, sementara aku gak mudeng apa yang mereka ajarkan. wkwkwk

Nyalakan laptop, buka YM dan langsung nge BUZZ teman-teman yang kebetulan ol.Setelah sedikit haha hihi di YM, cek situs, cek semua email, cek Facebook, Cek salingsapa, lalu blogwalking ke beberapa teman blogger.

Hoaaamm, mulutku mulai tak bisa diajak kompromi. Akhirnya PLN yang mengakhiri aktivitas aku di depan laptop. Listrik mati lagi! Hufftt, Sampai kapan ya negaraku tercinta ini terbebas dari mati listrik…hiks hiks.

Kemudian akupun masuk kamar dan tertidur. zzZZzz

Tok tok tok!!! Ada yang ketuk pintu.
“Ya siapa?” Ku jawab sambil tangan kananku ngucek-ngucek mata dan tangan kiriku meraba-raba mencari hp yang ikutan tidur bersamaku. Aku tak bisa hidup tanpa HPku dan HPku juga tak bisa hidup tanpaku (tapi bohong) hahaha
“Ini aku kakak…” Jawab orang di balik pintu. Dari suaranya sih, aku bisa menebak. Ini pasti YUI ! wkwkwk Bukan-bukan! Ini pasti Sakura, gadis cantik yang pagi tadi menangis meraung-raung.
“Ooo iya, bentar yah?” Jawabku langsung loncat dari tempat tidur. Untung tempat tidurku tidak begitu tinggi, sehingga meskipun aku loncat dari tempat tidur, tidak membuat kakiku terkilir. Dan mampir sebentar di depan cermin mastiin kalau wajahku masih utuh, dan merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan. Ambil sendal biru kesayanganku dan aku berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama rumah. “Hehe… Ayo masuk.”
“Maaf yah, kakak tadi tidur.” Ku lemparkan senyum kedamaian pada gadis itu.
“Iya kak, gak papa ko kak. Maaf aku mengganggu kakak.” Kembali lagi dengan suara yang memelas kayak anak kucing baru lahir.
“Nggak. Sama sekali nggak.” Jawabku santai.
“Duduk yuk…!?” Sambil kutarik kursi rotan untuknya.
“Makasih kak.” Jawab Sakura dengan senyum yang dipaksakan. Wajahnya yang manis tertutup sudah dengan mata yang sembab dan garis wajah yang benar-benar kusut. Cinta memang bisa bikin segalanya jadi tidak karuan.
“Menurut kakak, apa yang harus aku lakukan kak?” Sakura memulai pembicaraannya dengan tatapan mata yang menyimpan kepedihan.
“Hmmm, kalau menurut kakak sih, andai kakak jadi kamu, yah akan kakak lepaskan dia.” Jawabku lugas.
“Tapi aku masih suka dan masih cinta sama dia kak…!”

“Iya kakak faham. Tapi alangkah bodohnya kita jika kita menyukai dan mencintai orang yang salah. Orang yang sudah jelas dan nyata menyakiti hati dan perasaan kita dan merendahkan harga diri kita. Percayalah, Allah tidak pernah tidur dan laki-laki seperti dia tidak pantas untuk ditangisi. Anggap saja dia memang bukan yang terbaik buat kamu.”
“Insya Allah akan ada penggantinya untukmu yang lebih baik dari dia.”
“Dan kakak pesan, jangan pernah menghinakan diri sendiri dengan laki-laki busuk seperti itu.”
“Lepaskan dia dan mulai hidup baru. Tidak ada gunanya merengek-rengek mengharapkan perubahan darinya.”
“Perselingkuhan yang dia lakukan sudah kelewat batas. Jangan jadi bodoh. Kamu dikasih pendidikan sama orangtua hingga jenjang universitas tapi tidak bisa berfikir realistis.”
“Begini saja, coba kamu renungkan ya”
“Sebelum menikah saja dia sudah memperlakukan kamu begini, apalagi kalau sudah berumah tangga?”
“Memang benar setiap manusia akan ada perubahan. Tetapi buat kakak, perselingkuhan itu sangat fatal. Jadi, ya lebih baik lepaskan saja.”

Sakura pun hanya terdiam mendengar ucapanku. Ntah apa yang dia fikirkan, namun air matanya terus membanjiri pipinya. Lalu akupun memeluknya dan mencoba menenangkannya.

“tidak apa-apa, hari ini menangislah sepuasnya. Orang patah hati berhak untuk cengeng. Tapi ingat, esok lusa dan seterusnya, pastikan air mata itu tidak lagi mengalir untuk kesedihan yang sama”. Kataku. Kali ini sakura mengagguk, mengiyakan perkataanku. Kemudian akupun teringat salah satu bagian dari sebuah buku yang di tulis oleh boy candra. Lalu aku mengambil buku tersebut dan berniat membacakannya untuk sakura, karena mungkin kata-kata pada buku itu akan membantunya untuk bangkit dari kesedihannya.

 

“kaka bacakan sesuatu ya, mudah-mudahan ini bisa membantumu.”

“iya, boleh kak”. Jawab sakura. Aku pun mulai membacakan bukunya.

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saat mendegar kata-kata tersebut, sakura mulai berhenti menangis. Sepertinya ia sudah mulai bisa membuka fikirannya, bahwa tidak seharusnya dia teus menerus bersedih.

Keesokan harinya sakura berpamitan pulang. Akupun sekali lagi berpesan padanya “ingat ya, air matamu terlalu berharga untuk menangisi seseorang seperti dia. Jangan terus bersedih, percayalah akan ada pelangi setelah hujan.”

“iya kak. Aku mengerti.” Jawab sakura sambil tersenyum.

 

Beberapa bulan kemudian, aku mendapat kabar bahwa sakura kini berada di Jepang. dia mendapat beasiswa belajar di Jepang selama setahun. Aku ikut bahagia mendengarnya. Sepertinya sakura sudah bangkit dan mulai berjuang meraih apa yang ia cita-citakan.

Sakura sering mengirimi pesan. Menceritakan apa saja yang terjadi disana. Misalnya saat dia melakukan hanami untuk pertama kalinya, ataupun saat musim dingin dia bahagia melihat salju meskipun dia mengaku dia sedikit kesulitan beradaptasi dengan suhunya saat musim dingin tiba.

Ya, semua hanya perkara waktu. Beberapa waktu yang sedih telah ia sudahi. Langkah-langkah yang sempat terhenti. Tangis yang pecah berhari-hari. Dari semua yang berlalu dan kini kita sebut masa lalu. Dia mencoba menjadikan pelajaran untuk hidup yang tak akan terhenti sebab patah hati. Jalan-jalan akan semakin panjang. Hujan akhirnya akan teduh juga. Perjalanan pun harus tetap dilanjutkan lagi.