Saya dan Beberapa Orang Pimpinan UPI (Rekam Jejak – Sebuah Perjalanan Anak Desa)  (Bagian 3)

Berbicara ihwal perjalanan hidup seseorang (termasuk Aku sendiri) berarti kita membongkar perjalanan hidup atau liku liku kehidupan diri sendiri, lalu diangkat ke layar lebar atau media cetak seperti buku misalnya, sudah barang tentu ada orang yang membacanya dan sangat wajar akhirnya orang orang tersebut mengetahui siapa diri kita.

Menurut hematku, dalam cerminan episode perjalanan hidup seseorang ada dua sisi yang mungkin muncul, yaitu sisi gelap dan sisi terang. Yang dimaksud dengan sisi gelap yaitu informasi yang dinilai banyak orang bertolak belakang dengan nilai nilai kehidupan. Artinya seseorang itu berprilaku sesuai dengan tata nilai dimana orang itu berada, dan bisa jadi seseorang itu melakulan hal hal yang menyimpang baik disadari maupun tidak disadari sehingga akibat dari prilaku yang menyimpang itu mengakibatkan imej orang terhadap dirinya kurang bagus. Kenyataan ini harus disadari sebab parameter orang ketika menilai orang lain, terkadang tidak sama.

“Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh misteri”, demikian kata orang bijak. Artinya, apa yang akan terjadi esok hari, kita sebagai manusia tidak bisa memastikannya, yang bisa kita lakukan adalah merencanakannya. Lalu, kita berusaha untuk mencapai rencana tersebut. Mengenai hasilnya, sukses atau gagal, itu urusan tuhan. Ya, Allah Yang Maha Kuasa bagi orang orang Islam. Ketuk palu tuhan itulah yang akan memberikan jawaban yang terang benderang atas rencana tersebut.

Aku mencoba membaca beberapa biografi dan autobiografi orang lain, banyak hal yang Aku kagumi dan bila memungkinkan ingin mengikuti jejaknya. Siapa yang tidak kenal dengan Sukarno, Muhammad Hatta, Sudirman, Ki Hajar Dewantara, RA. Kartini, Dewi Sartika, dan sederetan tokoh tokoh nasional lainnya. Lalu, bagi orang Jepang, siapa yang tidak kenal dengan Fukuzawa Yukichi, Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, Tokugawa Ieyasu, dan sederetan tokoh misteri lainnya di Jepang. Atau tokoh dunia yang sangat monumental dan melegenda dalam sejarah Islam seperti Muhammad SAW, Hamzah, Ali, Abu Bakar, Umar, Usman, Isa, dll. Tentunya bagi mereka yang pernah belajar sejarah nasional atau dunia, pasti pernah mendengar nama nama orang besar seperti mereka. Menurut hematku, pengenalan, bahkan upaya mencintai mereka mesti kita lakukan. Dengan mengenal mereka, setidaknya kita bisa meminjam “spirit” mereka ketika meniti karir dan menata cita kita masing masing. Aku sangat yakin, ada sisi sisi tertentu yang bisa kita ikuti jejak mereka untuk kita lakukan sebagai sumbangsih kita terhadap generasi berikutnya.

OK, berbicara ihwal biografi atau outobiografi, mungkin saja yang diangkat itu hal hal yang baik dan positif. Sisi gelap atau prilaku menyimpang itu mungkin tidak kita temukan. Tidak apa apa, toh yang akan kita pinjam “spirit” itu adalah hal hal yang positif. Hal hal yang bisa kita tiru dalam perjalan hidup kita. Untuk apa kita mengikuti prilaku yang menyimpang. Kalau sekedar cuma ingin tahu sisi sisi gelap orang lain misalnya, sampai tahap tertentu, mungkin tidak apa apa. Yang bahaya adalah khawatir terkontaminasi akan prilaku yang tidak baik itu.

Aku sangat yakin, semua orang pernah melakukan prilaku yang tidak terpuji sebab Aku sering mendengar bahwa manusia itu (kecuali nabi dan rosul) adalah makhluk hidup yang senantiasa melakukan kesalahan. Manusia itu, bisa terhormat jika ia berprilaku baik, dan manusia itu bisa terhina melebihi binatang apabila berperilaku jelek. Kuncinya berusaha dalam hidup ini berakhlak mulia seperti dicontohkan oleh Muhammad SAW.

Kalau Aku tidak salah dengar, Aa Ghym sering mengemukakan demikian, “Kenapa orang lain masih menghormati kita?. Sebab mereka belum mengetahui kejelekan kita. Tuhan masih sayang pada kita untuk tidak membuka aib kita”. Artinya, bahwa setiap orang (kecuali selevel nabi atau rosul itu) pasti pernah hilap dan melakukan kesalahan.

Jadi, dalam biografi atau autobiografi itu hanya mengangkat satu sisi yang layak diketahui orang lain. Ini sangat wajar. Aku yakin, masih banyak hal yang mungkin penuh dengan ketidakjelasan, mungkin juga banyak pertanyaan pertanyaan besar yang sulit dijawab atau mungkin jawabannya itu sudah ada karena menyangkut harga diri atau terlalu dalam nyerempet ke areal privatisasi seseorang, maka info tersebut tidak ditulisnya. Terlepas itu mah hak prerogatif orang yang bersangkutan.

Aku sendiri pun demikian. Banyak hal yang sudah Aku alami dan lalui selama 59 tahun ini, selama itu pula banyak hal hal yang mungkin dinilai baik atau sebaliknya. Mana yang baik, dan mana yang jelek, terus terang Aku tidak ingat semua. Untuk mengingat kembali masa masa lalu, suatu hari, Aku pernah ‘muhasabah’ dengan melontarkan sederetan pertanyaan kepada diriku sendiri, antara lain, “sebenarnya untuk apa Aku hidup ini? Apa yang dilakukan selama ini? Apakah ada yang dilakukan selama ini yang bermanfaat untuk diri sendiri atau untuk orang lain (keluarga, teman, dll). Lebih luasnya untuk negeri ini?  Apakah keberadaan Aku di sekeliling  orang orang itu ada manfaatnya? Itulah serangkaian pertanyaan yang akhir akhir ini menghantui pikiranku.

Berbicara masalah perjalanan hidup, tentunya setiap orang pasti mengalami hal hal berikut. Kesedihan, kebahagiaan, kebencian, dan sejuta perasaan lainnya yang menimpa diri setiap orang. Apakah ada orang yang bisa menghindari semua itu? Aku kira sangat mustahil. Cuma yang bisa kita lakukan adalah mengatur kuantitas dan kualitas sejuta perasaan itu.

Dalam rangka membentangkan episode prilaku diri sendiri ke layar lebar atau media cetak seperti urat oret ini, salah satu pilihanku adalah mencoba menuangkan episode perjalanan diri sendiri sejak lahir hingga berusia 59 tahun ini, dengan harapan semoga urat oret Aku yang sangat sederhana ini ada manfaatnya dan berguna bagi keluarga, solmet saya orang Indonesia dan Jepang,  atau siapa saja yang selama ini pernah mengenal Aku.

Urat oret yang sederhana ini sengaja dibuat dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dengan harapan bisa dibaca oleh orang Jepang dan atau orang Indonesia yang tidak menguasai dua bahasa. Atau bagi mereka yang memahami dua bahasa (Jepang dan Indonesia), mungkin saja bisa dijadikan rujukan untuk belajar bahasa Jepang bagi orang Indonesia yang sedang belajar bahasa Jepang, dan bagi orang Jepang yang sedang belajar bahasa Indonesia. Khusus tulisan yang berbahasa Jepang, Aku tuliskan cara baca kanjinya atau kata yang bertuliskan katakana disandingkan dengan bacaan dalam hiragana, dengan maksud semoga bisa membantu mereka yang sedang belajar membaca kanji atau belajar membaca huruf Jepang, khususnya bagi pelajar yang sedang belajar bahasa Jepang pada level dasar.

Perlu Aku jelaskan, isya Allah urat oret Aku ini ditulis dengan dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Indonesia itu bukan berarti hasil terjemahan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya sebab kalau disandingkan ada beberapa tulisan yang tidak sama persis. Meskipun demikian, isi informasi yang terkandung di dalamnya hampir sama.

Perlu Aku jelaskan pula episode episode yang tertuang dalam buku sederhana ini, semuanya fakta dan benar. Ini perlu ditegaskan sebab Aku adalah salah seorang pendamba “kebenaran” alias orang yang tidak menyukai kebohongan. Kenapa demikian? Sebab kebohongan itu hanya akan membawa hidup sengsara, nilai kehidupan akan mati. Aku kira tujuan hidup semua orang adalah ingin bahagia, ingin hidup tenang. Artinya, semakin orang itu berbohong, maka nilai hidup yang hakiki itu semakin sulit diperoleh. Sebaliknya semakin kita berkata jujur, maka nilai kehidupan kita semakin terhormat, dan semakin berharga. Orang yang selalu berdusta tidak jauh berbeda dengan sesosok mayat berjalan, itulah keyakinanku.

Dengan alasan seperti itu, Aku mencoba mengungkap fakta diri sendiri, bukan bertujuan untuk bersombong diri atau hal hal yang negatif lainnya, namun semoga ada secercah mutiara yang bisa dijadikan pesan moral bagi anak anakku khususnya, bagi keluargaku, bagi mahasiswaku, bagi solmet solmetku, dan mungkin saja ada manfaatnya bagi dunia pendidikan bahasa Jepang di negeri ini. Semoga!!!

Urat oretku ini tidak mungkin bisa terbit, tanpa bantuan orang orang yang Aku sayangi dan Aku kagumi. Beberapa orang yang layak Aku sebut disini adalah Akahane Michie sensei yang telah direpotkanku sejak gagasan atau draf artikel ini dibuat hingga “layak muat” di web ini, teman temanku di kantor yang selalu Aku repotkan dengan meminta pendapat tentang isi artikel ini, lalu solmetku orang Jepang seperti Mr. Nakahashi Masami, Kanemoto Setsuko sensei, Matsuoka sensei, Akahane Michie sensei dan lain lain. Demikian pula kepada sejumlah isnpiratorku, antara lain Prof. Numan Somantri, Prof. Chaedar Alwasilah, dan Prof. Idrus Afandi yang telah banyak mengispirasiku selama mengabdi di UPI ini. Insya Allah, lain kali secara khusus Aku akan menulis tentang inspirator inspiratorku ini. Untuk itu, Aku mengucapkan terima kasih banyak dari lubuk yang paling dalam dan semoga amal baik Bapak, Ibu, dan rekan semua memperoleh imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin YRA. (Bandung, 9 Nopember 2017)

人生あれこれ

人生(じんせい)と言(い)えば、ややこしい歩(あゆ)みである微妙(びみょう)なところが山(やま)ほどいっぱいあると思(おも)います。僕(ぼく)の人生(じんせい)にも数(かぞ)え切(き)れないほどたくさんあります。今年(ことし)2月(がつ)28日(にち)に59歳(さい)を迎(むか)える自分(じぶん)は何(なん)のために生(い)きているのか、これまで何(なに)をしてきたのか、自分(じぶん)は周(まわ)りの人(ひと)のために役(やく)に立(た)つ者(もの)なのかなど、最近(さいきん)、頭(あたま)に浮(う)かんできて次々(つぎつぎ)に思い出(だ)しました。

人生(じんせい)にはだれでも不満(ふまん)、幸(しあわ)せ、愛情(あいじょう)、憎(にく)みを感(かん)じることがたくさんあるでしょう。たぶん、ある日(ひ)には「自分(じぶん)の人生(じんせい)って、なんだろう。自分(じぶん)は何(なん)のために生(い)きているのだろうか。」と自問自答(じもんじとう)し、反省(はんせい)することがあるかもしれません。僕(ぼく)はこの59歳(さい)の人生(じんせい)は「人(ひと)のために(この場合(ばあい)は家族(かぞく)、インドネシア(いんどねしあ)人(じん)、日本人(にほんじん)、友達(ともだち)や知(し)り合(あ)い)」少(すこ)しでも役(えき)に立(た)てばと考(かんが)えて、インドネシア(いんどねしあ)語(ご)と日本語(にほんご)でささやかな情報交交換(じょうほうこうこうかん)を書(か)いてみようと思(おも)った次第(しだい)です。59歳(さい)を迎(むか)える人生(じんせい)を振(ふ)り返(かえ)ってみて、書(か)いてみたいという気持(きも)ちが最近出(さいきんで)てきたのです。少(すこ)しでも、意味(いみ)のあるエピソ(えぴそ)ード(ど)や意義(いぎ)のある体験(たいけん)など、みなさんの参考(さんこう)になることがあれば幸(さいわ)いです。

ここではインドネシア(いんどねしあ)語(ご)と日本語(にほんご)で書(か)いたものですが、訳(やく)したものではないところもありますので、ご了解(りょうかい)ください。ただし、記事(きじ)の中身(なかみ)は基本的(きほんてき)には同(おな)じです。また、漢字(かんじ)の上(うえ)には振(ふ)り仮名(がな)で書(か)いた目的(もくてき)は少(すこ)しでも日本語(にほんご)の初級(しょきゅう)レベル(れべる)の学生諸君(がくせいしょくん)にも漢字(かんじ)を読(よ)めるようと願(ねが)って、これ以上(いじょう)の目的(もくてき)はありません。

私(わたし)の話(はなし)に嘘(うそ)やフィクション(ふぃくしょん)はありません。事実(じじつ)です。私(わたし)は嘘(うそ)が大嫌(だいきら)いです。なぜなら、価値(かち)のある人生(じんせい)というのは、いつも正直(しょうじき)に発言(はつげん)し生(い)きている人(ひと)のものだと思(おも)うからです。もちろん、価値(かち)のある人生(じんせい)にするにはいろいろポイント(ぽいんと)が必要(ひつよう)ですが、やはり、人生(じんせい)の価値(かち)は嘘(うそ)をつくかどうかに関(かか)わってくると思(おも)います。嘘(うそ)をつかないことは人間(にんげん)の最高(さいこう)の価値(かち)だと思(おも)います。嘘(うそ)つきは価値(かち)のない人間(にんげん)になるのは確(たし)かなことです。嘘(うそ)つきの性格(せいかく)では、人生(じんせい)は生(い)きる遺体(いたい)のようなもので、その人(ひと)は役(やく)に立(た)たない者(もの)です。

そういう訳(わけ)で、「私(わたし)の人生(じんせい)(あれこれ)」はすべて事実(じじつ)であり、本当(ほんとう)の話(はなし)です。少(すこ)しでも役(えき)に立(た)てばと思(おも)います。

さて、我が日本語教育学科のウェーブにて、僕(ぼく)の生(う)まれた町(まち)のことや、小学校(しょうがっこう)から大学(だいがく)の時(とき)のエピソ(えぴそ)ード(ど)、社会人(しゃかいじん)としての行動(こうどう)、また僕(ぼく)の心(こころ)に残(のこ)るインドネシア(いんどねしあ)人(じん)や日本人(にほんじん)の親友(しんゆう)や友達(ともだち)などのことを書(か)いたものです。本書(ほんしょ)に関(かん)しては多(おお)くの知(し)り合(あ)いに感謝(かんしゃ)いたします。特(とく)に赤羽美知恵先生(あかばねみちえせんせい)をはじめ、金本節子先生(かなもとせつこせんせい)、中橋政美氏(なかはしまさみし)、Numan Somanatri元我(もとわ)が大学(だいがく)の大学長(だいがくちょう)、Chaedar Alwasilah教授、Idrus教授などに対(たい)し心(こころ)より感謝(かんしゃ)の意(い)を表(あらわ)したいと思(おも)います。

バンドン(ばんどん)にて、2017年(ねん)11月(がつ)09日(にち)(水曜日)