Indonesia Japanese Essay Speech Contest 2017

Tanggal 28 Oktober 2017 yang lalu, telah diadakan “Indonesia Japanese Essay Speech Contest” ke-2 di Universitas Darma Persada, Jakarta. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Hiroshima University, Komaru Logistic dan 10 universitas ternama di Indonesia yang telah memiliki kerjasama dengan Hiroshima University, Jepang.  Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu dari 10 universitas tersebut. Ke-10 universitas ini berhak mengirimkan lima buah essai yang dibuat oleh mahasiswa/i-nya ke Hiroshima University, untuk selanjutnya mengikuti proses seleksi dan satu orang mahasiswa/i yang essainya terpilih, akan mendapatkan jatah untuk tampil dalam acara Speech Contest di Universitas Darma Persada, Jakarta.

Kontestan yang terpilih untuk tampil di ajang Speech Contest ini, diminta untuk berpidato di hadapan juri dan audiens yang hadir selama kurang lebih 5-8 menit, untuk memperebutkan hadiah utamanya yaitu diberangkatkan ke Hiroshima University, Jepang, selama kurang lebih 2 minggu. Disana satu orang mahasiswa/i yang terpilih menjadi juara di ajang “Indonesia Japanese Essay Speech Contest”, akan mengikuti kursus singkat mengenai bahasa dan budaya Jepang.

Pada penyelenggaraan kontes pidato tahun sebelumnya (2016), Rizky Hilmiyawan Abidien, perwakilan kontestan dari UPI yang membawakan speech dengan tema “Teinenpi no Vespa” (Vespa yang irit bahan bakar), berhasil keluar menjadi juara 2 dari total 8 orang kontestan. Sebuah pencapaian prestasi yang membanggakan tentunya, terutama bagi Departemen Pendidikan Bahasa Jepang (DPBJ), FPBS UPI.

Cerita lengkap mengenai penyelenggaraan kontes pidato tahun 2016, dapat dilihat pada tautan dibawah ini.

http://jepang.upi.edu/mahasiswa-dpbj-upi-juara-2-speech-contest-unsada-2016/

Sementara itu, pada pelaksanaan kontes pidato tahun ini, UPI diwakili oleh mahasiswi bernama Dina Dwishinta, yang tampil dalam kontes tersebut dengan membawakan pidato berjudul “Hodou wa Dare no Mono?” (Trotoar itu milik siapa?). Materi yang disampaikan oleh Dina sangat menarik sekali, karena bercerita tentang kebiasaan orang Indonesia yang gemar mem-posting segala hal di media sosial. Salah satu fungsi postingan di media sosial tersebut ternyata dapat dimanfaatkan untuk menyadarkan para pengguna media sosial, salah satunya agar jumlah pengendara motor yang melaju di trotoar ketika sedang macet, dapat ditekan atau bahkan bisa dihilangkan, seperti halnya yang terjadi pada video Daffa, seorang anak kecil yang menghalau pengendara motor di trotoar yang menjadi viral di masyarakat.

Dina tampil dengan suara yang lantang dan tanpa ada sedikitpun bagian yang terlupa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Dina berpidato dengan sangat lancar tanpa ada hambatan sedikit pun. Pelafalan bahasa Jepang yang sudah dilatih pun sebagian besar dapat diucapkan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan dari juri pun tentang mengapa orang Indonesia suka sekali posting pun, dapat dijawab dengan lancar dan lugas oleh Dina dengan menggunakan bahasa Jepang yang baik dan benar. Saya pribadi sebagai dosen yang melatih Dina merasa bangga dengan penampilannya. Tidak menyangka sama sekali bahwa Dina yang dalam kesehariannya begitu pendiam, dapat tampil dengan usahanya yang sangat maksimal.

Hasilnya bagaimana? Sayang sekali ternyata untuk tahun ini perwakilan dari UPI tidak keluar sebagai juara. Meskipun mahasiswa dari UPI ini sudah sangat bagus penampilannya, tapi ternyata masih ada yang lebih bagus dalam  hal materi pidato yang disampaikan, pelafalan bahasa Jepang yang lebih baik dan penampilan yang lebih meyakinkan ketika berpidato. Sedih memang. Tetapi masih ada tahun depan dan tahun tahun berikutnya.

Saya dan staf dosen DPBJ yang lain akan berusaha untuk membantu persiapan lomba pidato berikutnya dengan waktu yang lebih panjang, terutama dalam hal pembimbingan penulisan essai yang berkualitas dan memberikan masukan serta evaluasi ketika tampil berpidato termasuk membimbing dalam hal pelafalan bahasa Jepang yang baik. Persiapan ini juga sebisa mungkin dilakukan secara berkesinambungan dengan cara memanfaatkan perkuliahan-perkuliahan yang dilakukan di kelas, terutama dalam mata kuliah dokkai (membaca), sakubun (menulis) dan kaiwa (berbicara) sehingga mahasiswa dapat siap kapan saja untuk tampil di berbagai lomba pidato.

Akhir kata, juara adalah bonus, dan proses adalah tempat untuk kita (dosen dan mahasiswa) belajar. Gakusei no minasan, Senseigata, Gambarimashou!

 

Dewi Kusrini (Staf dosen DPBJ UPI yang diberi tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa untuk mengikuti lomba menulis dan lomba pidato dalam bahasa Jepang)