PkM DPBJ UPI 2021 : Pengenalan Budaya Jepang Untuk Pembelajaran Bahasa Jepang

Bandung, DPBJ-UPI.

Pada hari Sabtu, tanggal 18 September 2021, Departemen Pendidikan Bahasa Jepang telah menyelenggarakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat semester genap, kepada sekitar 300 orang guru dan calon guru bahasa Jepang di seluruh Indonesia. Kegiatan ini ditampilkan secara livestream pada channel Youtube TVUPI dan terbagi ke dalam tiga sesi pematerian dengan pembicara yang berasal dari Kobe International Language School.

Pada sesi pertama, pematerian dilakukan oleh Emiko Sensei yang menjelaskan mengenai Furoshiki, yaitu selembar kain yang digunakan untuk membungkus suatu benda. Emiko Sensei menjelaskan bahwa pada awalnya kain tersebut hanya digunakan untuk membungkus benda-benda berharga dan belum berkaitan dengan pemandian air panas. Barulah pada zaman Kamakura (tahun 1200), kain ini mulai digunakan untuk membungkus pakaian yang ditanggalkan ketika mandi oleh Shogun dan Jendral yang diundangnya ke pemandian air panas. Setelah masuk zaman Edo (tahun 1600), berkembang pemandian air panas di perkotaan, dan istilah furoshiki pun mulai di kenal umum sebagai kain pembungkus. Namun, saat ini penggunaan furoshiki telah berkurang, tetapi istilah furo (tempat mandi) masih tersisa. Selain sejarah furoshiki, Emiko Sensei juga menunjukkan berbagai motif dan mempraktekkan bagaimana cara membungkus furoshiki kepada para peserta.

Selanjutnya pada sesi kedua, pematerian dilaksanakan oleh Asuka Sensei yang menjelaskan mengenai Manga Jepang. Manga Jepang merupakan salah satu budaya yang populer bagi kalangan penggemar Jejepangan. Dalam pematerian ini, Asuka Sensei mengawalinya dengan menjelaskan serba-serbi manga Jepang, mulai dari jumlah penjualan manga Jepang, majalah mingguan manga, manga yang paling populer, dan berbagai macam genre (kategori) yang terdapat dalam manga. Materi kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan mengenai bahasa Jepang yang dapat dipelajari melalui manga. Asuka Sensei mencontohkan dengan berbagai penyebutan kata bantu orang pertama, kita dapat mengetahui bagaimana sifat/kepribadian dari karakter manga tersebut. Selain itu, Asuka Sensei juga membicarakan mengenai budaya Jepang yang dapat dipelajari dari manga,contohnya cara berpakaian berdasarkan zaman, kehidupan sehari-hari di Jepang, budaya makan, dll. Terakhir, Asuka Sensei menjelaskan bagaimana cara belajar bahasa Jepang menggunakan manga.

Terakhir, pada sesi ketiga pematerian dilaksanakan oleh Shiho Sensei yang menjelaskan mengenai Sejarah Sistem Penulisan Jepang. Shiho Sensei menjelaskan bahwa pada awalnya Jepang tidak memiliki huruf, sehingga mereka pun meminjam huruf dari Cina. Tetapi, orang Jepang menjadi bingung karena pada dasarnya bahasa Jepang dan bahasa Cina merupakan dua bahasa yang berbeda. Oleh sebab itu mereka pun memutuskan untuk meminjam “bunyi” dari aksara Cina saja tanpa disertai maknanya. Huruf ini pun disebut manyogana. Dikarenakan hanya bunyi hurufnya saja yang dipinjam, maka penulisan manyogana pun memerlukan lebih banyak huruf kanji dan ditulis tanpa spasi. Penulisan manyogana paling tua yang telah ditemukan saat ini berasal dari sebuah pedang/katana yang berasal dari abad ke-5. Setelah itu, muncul sebuah pemikiran untuk menggunakan kode sebagai partikel karena penulisan manyogana yang terlalu berdempetan. Sehingga terpikirkan untuk menyingkat bagian kanji dan lahirlah huruf katakana. Huruf hiragana muncul pada zaman yang sama dengan huruf katakana dengan tujuan untuk mempercepat penulisan kanji.
Sebelumnya, pernah terdapat beberapa usulan mengenai sistem penulisan Jepang. Sebagai contoh pada tahun 1872 terdapat usulan untuk menghapus bahasa Jepang dan menggantinya dengan bahasa Inggris. Selanjutnya pada tahun 1885 terdapat usulan untuk menggunakan huruf romaji saja. Kemudian pada tahun 1886 terdapat usulan untuk membuat sistem huruf baru. Tetapi semua usulan tersebut tidak ada yang diterima. Jika diurutkan, maka urutan munculnya huruf-huruf Jepang sebagai berikut: Kanji -> Manyogana -> Katakana -> Hiragana

Dengan dilaksanakannya kegiatan PkM ini, diharapkan dapat menambah wawasan para guru dan calon guru bahasa Jepang di seluruh Indonesia dan dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran. Selain itu, di akhir setiap sesi terdapat sesi tanya jawab di mana pertanyaan yang terpilih mendapatkan doorprize berupa sebuah buku karya dosen DPBJ. Semoga buku tersebut dapat bermanfaat bagi para pemenang doorprize.