SEMINAR INTERNASIONAL

“Orang bilang antara akademik dan organisasi tidak akan bisa berjalan beriringan, kamu harus memilih salah satu, katanya.”

Sejak dahulu aku bukanlah orang yang suka berbicara, apalagi di depan umum. Untuk mengajukan pertanyaan di kelas pun tak jarang aku bilang ke orang yang lumayan “aktif” untuk menanyakannya. Bahkan kalau ditanya oleh seorang pembicara atau guru pun, meski aku tahu jawabannya, aku lebih memilih untuk diam atau memberikan jawabannya kepada teman di sebelah dan menyuruhnya menjawab. Lalu semua itu berubah ketika aku mulai memasuki SMK, dimana bisa berbicara adalah salah satu hal wajib karena lulusan SMK disiapkan untuk bekerja dan dituntut tentunya bisa berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja lainnya. Sedikit demi sedikit namun pasti, ada suatu hal yang membuatku merasa beruntung masuk ke SMK tempatku sekolah, yaitu tuntutan yang terus memaksa untuk berkembang. Tapi memang benar, yang paling sulit adalah memulainya (memulai berbicara, memulai belajar, memulai kuliah, memulai ospek, memulai kerja, memulai menerima, memulai mencintai, memulai komitmen, alah naha jd kadinya :v), tapi ketika kita sudah berani memulai, maka sisanya tidak sesulit yang dibayangkan. Trust me! (it works)

 

Masuk ke dunia perkuliahan aku mengenal yang namanya himpunan, tidak ada niatan masuk himpunan awalnya, tapi seiring berjalannya waktu dan faktor keakraban dengan senpai (senior) yang membuatku tidak enak untuk menolak ajakan masuk himpunan, masuklah aku ke dalamnya. Sekarang setelah semuanya berlalu, secara pribadi aku ingin mengucapkan terima kasih kepada senpai tachi yang telah mengenalkan dan membawakan dunia himpunan kepadaku. Sekali lagi, yang paling sulit adalah memulainya, tapi aku memutuskan bahwa ini adalah saatnya aku menjelajahi dunia luar, di luar zona nyaman ku dan ruangan-ruangan kecil di dalamnya tempatku menyendiri. Awal masuk ke himpunan aku memegang salah satu peranan yang cukup penting, jadi seorang wakil ketua. Posisi dimana aku dituntut untuk bisa mengkritisi, mengontrol, mengomunikasikan, yang tentunya harus banyak bicara. Lagi-lagi, sangat sulit ketika dituntut harus berbicara pada saat tidak tahu harus berbicara apa (atau lebih tepatnya belum mempersiapkan hal yang akan dibicarakan). Tahun berikutnya aku jadi ketua, dimana tuntutan dari posisi sebelumnya kurasakan bagai bumi dan langit, apalagi ketika harus menjadi seorang penggerak dan tidak boleh bergerak langsung. Menggerakkan dengan kata-kata, memberikan semangat, memberikan pengarahan, berkomunikasi dengan organisasi luar, dengan masyarakat ketika mengadakan program kerja ke masyarakat, dengan dosen dan birokrat, dll. Pada titik ini dimana segala tuntutan terhadap himpunan datang dari berbagai arah, muncul suatu kejadian dengan dua pilihan, yaitu memilih organisasi, atau akademik. Dikatakan bahwa mau bagaimanapun kamu mengatur waktu, tetap akan ada yang harus menjadi nomor dua. Namun aku sangat ingin membuktikan kalau itu hanyalah takhayul lama dan aku berusaha menikmati apapun prosesnya dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada. Beberapa kali diundang untuk mengikuti seminar tentang public speaking yang mana alhamdulillah aku bersyukur atas kesempatan tersebut dan berusaha sebisa mungkin mengaplikasikan setiap ilmu yang kudapat.

Singkat cerita seiring waktu berlalu, beberapa kali aku diundang untuk menjadi seorang pembicara di acara himpunan dan aku sudah mulai terbiasa dengan hal tersebut. Dunia himpunan dengan segala dinamika dan permasalahannya memang menarik, ditambah dengan terjalinnya rasa kekeluargaan di dalam himpunan yang membuat betah untuk berada di sana. Tapi tidak dapat dipungkiri memang tujuan aku masuk kuliah adalah untuk belajar di jurusan yang aku pilih dan bukan untuk ikutan organisasi yang ada di sana, tapi sekalipun aku tidak pernah menyesal mengikuti organisasi tersebut dengan tanpa mengabaikan tujuan utama ku. Kejadian dengan dua pilihan yang sepertinya selalu dihadapkan kepada setiap mahasiswa yang akan atau sedang mengikuti organisasi akhirnya bisa kupatahkan. Dalam himpunan kami, ada yang namanya pengurus inti yang terdiri dari ketua, wakil, bendahara umum, dan sekretaris umum yang mana tugas dan tanggung jawabnya lebih besar daripada pengurus lainnya. Dengan kesibukan di himpunan serta tanggung jawabnya, sekretaris umum (Tamie Rianta) berhasil menjadi salah satu wisudawan kehormatan fakultas dengan IPK di atas 3.8 dengan predikat Cumlaude dan lulus tepat waktu. Bendahara umum (Fadhila A Humaira) berhasil mendapatkan beasiswa monbukagakusho selama satu tahun di Shizuoka University Japan. Wakil ketua (Arief Rivan) pun sama mendapat beasiswa dari JASSO untuk pertukaran pelajar selama satu tahun di Shizuoka University Japan. Terakhir, untuk ketuanya sendiri bisa mengikuti wisuda tepat waktu dengan IPK yang memang tidak dapat cumlaude, tapi di atas 3 dengan predikat sangat memuaskan dan menjadi satu-satunya mahasiswa S1 yang menjadi pemakalah dan pembicara di Seminar Internasional tentang Pendidikan, Bahasa, dan Budaya Jepang (terima kasih untuk Herniwati-sensei atas kesempatan yang telah diberikan) yang menjadi event penutup sebelum kelulusan bagiku (bukan sebuah ending yang buruk, bukan?).

At this moment I still can’t believe it, kalau aku melihat diriku yang dulu. Jadi, bagi kalian yang ada di himpunan atau di organisasi apapun ketika kalian kuliah, tidak ada alasan untuk tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Jangan jadikan organisasi kalian sebagai excuse atau alasan kuliah kalian ga bener. Dan bagi yang mau atau belum mengikuti organisasi atau himpunan, jangan khawatir nilai atau kemampuan akademik kalian akan turun dengan mengikuti organisasi atau himpunan tersebut, kami sudah membuktikannya. Kalau aku yang awalnya tidak terlalu suka dan tidak bisa berbicara apalagi di depan banyak orang bisa, kenapa kamu tidak?

“Apa yang kalian berikan akan sepadan dengan apa yang kalian dapatkan, dan hasil tidak akan mengkhianati proses.”