Resensi Buku “Petualangan Menangguk Euro di Kapal Pesiar”

Resensi buku kali ini ditulis oleh Darin Nurviantika (1800439) kelas 3A*

Judul buku : Cruise Ship Journals:Petualangan Menangguk Euro di Kapal Pesiar (Bab I : Hidup Adalah Pilihan)

Penulis : David Octavius Suwandy

Penerbit : Gramedia

Tahun terbit : 2013

*Untuk meningkatkan kemampuan literasi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah literasi tahun 2019 mendapat tugas membuat resensi buku 6 buah selama 4 bulan.

              Buku ini menceritakan tentang perjalanan seorang Pria yang bekerja di kapal pesiar. Cerita ini terjadi pada tahun 2007 dan tokoh “saya” ini berpendidikan terakhir yaitu D4. Sebelum bekerja di kapal pesiar, tokoh “saya” yang diceritakan dalam buku ini sama sekali tidak pernah terbesit dalam benaknya bahwa ia akan bekerja di kapal pesiar. Ia merasa bahwa diri nya tidak layak bekerja di kapal pesiar tersebut, karena menurut tokoh “saya” ia tidak memiliki perawakan yang menarik, tidak tampan dan memiliki postur tubuh yang kurang tinggi. Tetapi semua yang tidak terfikirkan sebelumnya tiba-tiba lenyap begitu saja ketika seorang teman kuliah nya menceritakan bahwa kapal pesiar adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan uang yang relatif cukup cepat dengan jumlah yang lumayan dibandingkan gaji kerja di daratan dengan pengalaman yang ala kadarnya. Menurut tokoh “saya” hasil bekerja di kapal pesiar lebih instan. Pengalaman kerja 1-2 tahun di restoran atau hotel sudah cukup sebagai kualifikasi dasar yang diminta. Sebelum tokoh “saya” ini mendaftarkan diri sebagai pekerja di kapal pesiar, ia terlebih dulu mendaftarkan diri di tes penerimaan menjadi pramugara. Namun ia gagal di tahap ketiga yaitu tahap personal interview. Karena tergoda instant money. Akhirnya ia pun mencoba untuk membicarakan idenya kepada orang tua nya. Awalnya tidak ada yang setuju dengan ide dari toko “saya” yang menginginkan bekerja di kapal pesiar. Karena bagi orang tua nya bekerja di kapal pesiar memiliki risiko yang sangat tinggi dan berbagai kekhawatiran yang mereka sampaikan: “Gimana kalau kapalnya tenggelam? Kalau tidak betah bisa pulang tidak? Kalau kecelakaan gimana?” dan berbagai kekhawatiran lainnya. Tetapi, setelah tokoh “saya” berdiskusi kembali dan negosiasi yang alot akhirnya dengan berat hati orangtua tokoh “saya” memberikan izin.

              Setelah itu tokoh “saya” mulai mencari informasi bagaimana caranya kerja di kapal pesiar. Ia mendengar gosip-gosip seputar kerja di kapal. Mulai dari calo yang bilang bisa mengatur supaya bisa masuk ke kapal pesiar, sampai yang mengaku punya koneksi orang dalam yang tidak jelas pertanggungjawabannya. Uang jasa yang diminta pun tidak sedikit yakni, U$D2,000 pembayaran dimuka. Tetapi sekarang keadaan sudah jauh lebih baik karena biasanya perusahaan kapal pesiar menunjuk agen perwakilan untuk perekrutan. Di Indonesia agen perwakilan itu bisa ditemui di Jakarta, Bali, dan Yogyakarta. Seperti pucuk dicinta ulampun tiba, di koran Kompas hari Sabtu tokoh “saya” melihat ada lowongan pekerjaan dari perusahaan kapal pesiar Italia melalui perusahaan pelayaran Filipina yang punya kantor perwakilan di Jakarta. Ada beberapa lowongan yang ditawarkan tapi yang sesuai dengan latar belakang pendidikan tokoh “saya” hanya di departemen restoran.

Setelah satu sampai dua hari dari hari tokoh “saya” mengirimkan lamaran, ia pun ditelepon untuk wawancara dan ia diminta membawa dokumen-dokumen untuk diperiksa kelengkapan dan kebenarannya. Setelah pemeriksaan dokumen-dokumen, tokoh “saya” pun harus mengikuti 5 tahap tes yang terdiri dari; (1) saringan umur, tinggi, dan berat badan; (2) wawancara dengan general manager; (3) tes bahasa Inggris/Marlin Test; (4) wawancara dengan end user; dan (5) safety training. Setelah lolos kelima tahapan itu, karena tokoh “saya” belum mempunyai keterampilan, ia pun dikirim untuk pelatihan ke Filipina selama satu bulan. Selain itu masih ada tes kesehatan yang juga harus bayar sendiri tapi uangnya akan dikembalikan setelah diterima kerja di kapal pesiar. Apabila semua tahapan tes tersebut sudah terpenuhi, tokoh “saya” tinggal menunggu telepon yang menginformasikan ke mana ia akan berlayar. Tokoh “saya” kebagian jurusan Laut Mediterania. Hal itu sangat mengejutkan tokoh “saya” karena ia dikirim ke armada yang paling baru dan paling besar pada tahun 2007.  Posisi yang ia lamar adalah sebagai snack steward dan posisi itu adalah posisi terendah di departemen restoran di kapal. Tapi, training yang ia terima itu sebagai assistant waiter. Penghasilan pertama kali tokoh “saya” bekerja di kapal pesiar itu 572 Euro. Memang tidak terlalu besar pada saat itu, tapi ada tambahan dari penghasilan service incentive, semacam penghargaan dari customer untuk good service yang diberikan. Dan ada juga penghasilan tidak tertulis (tip) yang besarannya bisa dibilang cukup besar. Seiring berjalannya waktu dan jabatan yang diraih, penghasilan tokoh “saya” pun akan semakin meningkat. Waiter per bulan akan mendapat tidak kurang dari 1,500-1,700 Euro, walaupun itu tergantung tip dari penumpang juga. Dua minggu sebelum tokoh “saya” berangkat berlayar, ia bertemu dengan kakak kelasnya yang pernah kerja di perusahaan kapal pesiar yang sama tapi dengan kapal yang berbeda. Ia diberikan dua pesan oleh kakak kelasnya yaitu, tidur yang cukup dan go to gym. Tokoh “saya” pun langsung berpikir, “apakah ini berat?” tetapi karena sudah tergiur dengan pendapatan yang akan didapatkan, ia pun bersiap-siap untuk kuat dalam menjalani pekerjaan barunya.