Nurani Chandra Lestari : Angkot, Obrolan Penumpang, dan Belanjaan

Cerita Mahasiswa.

Minasan, konnichiwa.

Kali ini admin mengantarkan tulisan dari Nurani Chandra Lestari yang saat ini adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang UPI tingkat 3. Nurani tahun lalu telah menjadi finalis dari UPI untuk mengikuti kontes pidato berdasar essai yang telah ditulisnya. Kontes ini setiap tahun diadakan secara luring di Universitas Darma Persada, hanya tahun lalu (2020) karena pandemik membuat kontes diadakan secara daring. Bagaimana pengalaman Nurani mengikuti kontes berbahasa Jepang bergengsi ini? Naskah pidatonya seperti apa? Mari kita simak ceritanya berikut.

Indonesia Japanese Essay Speech Contest di Masa Pandemi

Nurani Chandra Lestari

Lomba essai dan pidato Bahasa Jepang? Saya tidak mengira akan mengikutinya di semester lalu. Pada akhir tahun lalu, naskah esai saya diikutsertakan dalam “Indonesia Japanese Essay Speech Contest”, yang diselenggarakan atas kerja sama Hiroshima University, Komaru Logistic, dan 10 Universitas termasuk UPI, dengan mengusung tema “koutsuu”. Dan tidak disangka esai saya terpilih untuk mewakili UPI tampil di Speech Contest. Saya sangat terkejut dan takut waktu itu, karena niat saya hanya ingin membuat esai, sebatas itu saja. Selain itu, karena sedang masa pandemi, lomba yang biasanya diselenggarakan di Universitas Darma Persada, kali ini diselenggarakan secara daring. Ini cukup menjadi masalah bagi yang tinggal di pedesaan seperti saya, karena sinyal di desa yang tidak stabil. Namun, saya pikir kesempatan tidak  datang dua kali, maka harus dimanfaatkan dengan baik.

Berbicara mengenai koutsuu atau lalu lintas, yang terpikir pertama kali adalah kemacetan, yang merupakan salah satu masalah terbesar Indonesia. Kemudian saya mencari sudut yang menarik untuk membahas ini sambil memosisikan diri sebagai orang Jepang. Mengidentifikasi sasaran pembaca itu penting untuk dapat menarik pembaca ke dalam bahasan kita. Karena kurang dari 24 jam menuju batas waktu, ketika pengalaman menarik mengenai angkot terlintas di pikiran saya, seketika itu saya memutuskan mengangkat “angkot” menjadi topik. Saya pikir suasana angkot, obrolan penumpang dan barang bawaan penumpang sangat khas Indonesia dan mungkin akan aneh bagi orang Jepang. Terlepas dari ketidaknyamanannya, angkot ini memiliki daya jual di mata dunia sebagai ikon Indonesia. Akhirnya saya mengembangkan ide ini ke dalam tulisan.

Naskah yang telah terpilih dikoreksi oleh pihak Hiroshima University, baru kemudian akan dipresentasikan oleh peserta pada hari kontes. Sebelum hari kontes, dilakukan perekaman pidato terlebih dahulu bersama panitia melalui aplikasi zoom sesuai jadwal. Tidak beruntungnya, jadwal saya adalah 3 hari setelah itu. Saya yang belum melakukan persiapan sama sekali tentu merasa panik.  Akhirnya latihan intens dengan Dewi-sensei pun dilakukan. Mulai dari menghafal teks, berlatih pelafalan, tempo dan intonasi, juga memasukan perasaan dalam penyampaian. Bagi saya sangat sulit menjaga tempo, sementara hal ini sangat penting untuk mempermudah audiens menyerap apa yang saya bicarakan. Perlu dipertimbangkan bagian mana yang akan disampaikan santai dan lembut dan mana yang akan ditekankan.

Setelah berburu wifi, saya melakukan perekaman, dan hasilnya kurang sempurna namun selebihnya masih lancar, jadi saya bersyukur. Di hari kontesnya, dilakukan penayangan hasil rekaman kemudian dilakukan sesi tanya jawab dengan juri. Menariknya, pertanyaan dari juri kedua tidak terlalu berkaitan dengan topik, namun lebih kepada hal sehari-hari, ini berlangsung cukup panjang. Jawaban saya untuk pertanyaan pertama kurang memuaskan, tapi setidaknya saya bisa menjawab dan suasananya cukup menyenangkan. Pengumuman juara dilakukan di hari yang sama, dan nampaknya saya belum beruntung.

Terlepas dari semua kendala, saya sangat berterima kasih kepada sensei yang telah membimbing saya dan juga kepada UPI atas pengalaman ini. Hal yang dapat diambil dari pengalaman ini, pertama  persiapan adalah hal terpenting dalam suatu kegiatan. Kedua, ketenangan menjadi hal terpenting pada saat kegiatan berlangsung. Jika kita yakin sudah melakukan persiapan dengan baik, maka hanya harus percaya bahwa kegiatan tersebut akan berjalan lancar. Dan setelah apapun yang terjadi, lebih baik ingat bagaimana pengalaman itu terjadi, suasana dan kesan kita saat itu. Karena proses itu sangat berharga, orang bilang menang itu bonus.

アンコットと乗客の話と食料品

ヌラニ・チャンドラ・レスタリ

アンコットは、興味深いインドネシアの独特な乗り物です。その独特の形、旅行の目的を示す色、そして内部の雰囲気、これらはこのアンコットをユニークにします。

私はよくアンコットを利用しますが、その中の雰囲気は本当にインドネシアっぽいです。

中学生の頃、市場の近くにある姉の家によく泊まりました。そして、市場から帰ってきた母親とアンコットに乗ることがよくありました。アンコットは野菜、鶏肉、その他の食料品でいっぱいで、時には生きたヤギもいます。

旅行中、乗客は全くお互いを知らなくても、親しい友人のように話し合います。話題は、価格比較や現在市場ではやっている服や、個人的な経験など、様々です。乗客は個人的な生活、悲しみや自慢話(じまんばなし)をよく話します。通常、母親は自分の子供のことを誇らしげに話します。私もよく話しかけたり、時には学校生活について話したりします。どういうわけか、これはとても楽しいです。

全く知らない人に自分の気持ちを話し、感情的になりすぎないぐらいで、ただ不平を言うだけでも気持ちが楽になると私は感じました。これは喫茶店や居酒屋でお話ししている父親のような状況かもしれませんね。

私は空いたアンコットの雰囲気も好きです。狭いアンコットでは運転手と私の距離がそれほど遠くないので、孤独を感じることなく、本を読んだり、周りの眺めを見たりします。

しかし残念ながら、この独特なインドネシアの乗り物は、人々にとって、オンライン輸送に比べると魅力的ではないようです。人々を詰め込む、迂回する、どこにでも停車しなければならないこと、運転手の態度は配慮(はいりょ)が少ないこと、市内バスに比べてかなり高額になること、これらの理由からだと思います。

また、渋滞の可能性もあります。移動時間の予測が難しいため、目的地への到着が遅れる可能性があります。車両の品質の悪さも原因です。

それでも、インドネシアの主な問題である混雑を減らすためには、オンライン輸送を使用するよりも公共交通機関を使用する方が良いと思います。

想像してみたら、1台のオンライン輸送車の最大乗客数は4人ですが、アンコットの最大乗客数は12人です。1台分のアンコットの乗客を運ぶには、3台のオンライン輸送車または12台のオンライン輸送バイクが必要です。

もちろん、公共交通機関の質とシステムを改善する必要があります。ボゴール市の現代的なアンコットのように、より快適になるアンコットに変更したらよいと思います。

ボゴール市のアンコットは座席は柔らかく、エアコン、オーディオとビデオのエンターテインメント機能、CCTVカメラと自動ドアが装備されています。ただし、価格は従来のアンコットよりも高くなりました。たぶん、ニーズから見直し、必要性が少ないものを減らしながら快適さを優先することで、手頃な価格にできると思います。

それに加えて、オンライン輸送システムもこのアンコットに適用できると思います。たとえば、各アンコットは運転手が所有し、センターに接続するためのガジェットが付属しています。そしてセンターは、各ユニットに設置されたGPSでアンコットが通過する場所を監視します。乗客が移動している公共交通機関のサービス品質を評価するために乗客がアクセスできるアプリケーションがあり、これは運転手に影響を与えます。

実際には、Angkot Bandungというアプリケーションがありますが、社会化が不足しているため、うまくいきません。

まだ起こっていないすべての変更にもかかわらず、目的地に遅れないように、まだ早く出発することもできますし、何かが非常に重要で、遅刻してはいけない場合でも、少なくともカジュアルなイベントなら、アンコットを使用するのが良いと思います。

そして、皆さんにとってうんざりすることかもしれない公共交通機関の混雑を楽しんでみてください。私が感じることを、皆さんも感じるのかを知りたいです。もちろん、試してみるのはこのパンデミックが終わってからです。すべての不便にかかわらず、このアンコットはインドネシアの独自性と魅力として世界に売りこむことができます。

Angkot, Obrolan Penumpang, dan Belanjaan

Angkot adalah kendaraan khas Indonesia yang menarik dan unik. Bentuknya yang unik, warna-warna khasnya yang menunjukkan tujuan perjalanan, dan suasana di dalamnya, membuat angkot ini unik.

Saya sering naik angkot, dan suka dengan suasana di dalamnya yang benar-benar khas Indonesia. Waktu SMP, saya sering menginap di rumah kakak saya, yang mana lokasinya dekat dengan pasar. Sehingga saya sering satu angkot dengan ibu-ibu yang pulang dari pasar. Angkot penuh dengan sayuran, daging ayam dan belanjaan lainnya, bahkan terkadang ada kambing hidup juga.

Selama perjalanan, penumpang saling mengobrol layaknya teman dekat, padahal sama sekali tidak saling mengenal. Topik obrolannya beragam, mulai dari perbandingan harga pasar, baju yang sedang hits di pasaran, bahkan pengalaman pribadi. Tidak jarang ada penumpang yang berbicara tentang kehidupan pribadinya, baik itu tentang kesedihan, maupun kebanggaan. Biasanya ibu-ibu akan membicarakan anaknya dengan bangga. Saya juga sering ikut berbicara, bahkan sesekali membicarakan kehidupan sekolah. Entah mengapa, ini sangat menyenangkan menurut saya. Membicarakan isi hati kepada orang-orang yang sama sekali tidak dikenal, jadi tidak terlalu emosional, hanya ngedumel, kemudian merasa lega. Mungkin ini seperti bapak-bapak yang mengobrol di warung kopi, atau orang-orang yang mengobrol di izakaya.

Saya juga menyukai suasana angkot yang kosong. Biasanya saya akan membaca buku atau sekadar memandang pemandangan sekitar tanpa merasa kesepian, karena bapak supir berada tidak terlalu jauh di dalam angkot yang sempit.

Tapi sayangnya, kendaraan khas Indonesia yang satu ini nampaknya kurang diminati oleh masyarakat di bandingkan dengan transportasi online. Saya kira beberapa alasannya yaitu karena harus berdesakan, jalur yang memutar, berhenti di sembarang tempat, sikap supir yang seenaknya, dan harganya cukup mahal jika dibandingkan bis kota. Belum lagi kemungkinan macet. Waktu perjalanan sulit untuk diprediksi, sehingga berpotensi untuk terlambat sampai ke tempat tujuan. Selain itu, kualitas kendaraan yang buruk juga menjadi penyebabnya.

Meskipun begitu, menurut saya menggunakan angkot masih lebih baik dari pada menggunakan transpotasi online dalam mengurangi kemacetan yang menjadi masalah utama Indonesia. Bayangkan saja, satu mobil transpotasi online maksimal hanya 4 orang penumpang, sedangkan angkot maksimal 12 orang. Untuk mengangkut penumpang 1 angkot memerlukan 3 unit mobil transpotasi online, atau 12 unit motor transpotasi online.

Namun tentunya, perlu perbaikan pada kualitas dan sistem angkot. Misalnya merubah dalam angkot menjadi lebih nyaman, seperti misalnya angkot modern Kota Bogor. Angkot Kota Bogor, tempat duduknya empuk, dilengkapi AC, fitur hiburan audio dan video, kamera CCTV dan pintu otomatis. Namun, konsekuensinya harganya lebih mahal dari pada angkot konvensional.  Mungkin, dapat ditinjau ulang dari kebutuhannya, mengurangi yang kurang diperlukan sambil tetap mengutamakan kenyamanan, sehingga harga masih bisa terjangkau.

Selain itu, saya rasa sistem transportasi online juga dapat diterapkan dalam angkot ini. Misalnya, setiap angkot dimiliki seorang supir, dan disertai gadget untuk terhubung ke pusat. Dan pusat memantau ke mana angkot pergi melalui GPS yang terpasang di setiap unit. Ada aplikasi yang bisa diakses penumpang untuk memberi penilaian pada kualitas pelayanan angkot yang ditumpangi, yang akan berpengaruh pada supir.  Sebenarnya, ada aplikasi Angkot Bandung, namun karena kurang sosialisasi jadi tidak berjalan dengan baik.

Terlepas dari semua perubahan yang belum terjadi, kita masih bisa berusaha untuk pergi lebih awal sehingga tidak terlambat sampai tujuan, kalaupun suatu urusan sangat penting dan sama sekali tidak boleh terlambat, setidaknya ketika acara-acara santai, saya kira akan lebih baik menggunakan angkot.

Kemudian, silakan untuk mencoba menikmati keramaian angkot yang mungkin memuakkan bagi Anda, saya ingin tahu apakah akan merasakan yang saya rasakan atau tidak. Namun, tentunya cobalah saat pandemi ini telah berakhir. Terlepas dari segala ketidaknyamanannya, angkot ini bisa dijual ke mata dunia sebagai keunikan dan daya tarik Indonesia.