Iqlima Meiga N A, Mewujudkan Mimpi di Tokyo dan Pengalaman Arubaito Menjadi Kaijo


Cerita Mahasiswa. Iqlima Meiga N.A adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang yang telah kembali dari kuliahnya di Tokyo selama 1 tahun. Yuk, simak pengalamannya berikut.

Mewujudkan Mimpi di Tokyo dan Pengalaman Arubaito Menjadi Kaijo

“Diantara beribu doa yang mengangkasa, Tuhan memberi pilihan terbaik dan tak terduga sebelumnya. Berusaha dan berdoa, maka kau pun bisa mewujudkannya.” Nama saya Iqlima Meiga Nur Arifin, biasa dipanggil Iqlima atau Ima. Mendapatkan kesempatan ryuugaku ke Jepang adalah mimpi saya sejak dulu. Dan Alhamdulillah tepatnya di tahun 2019, saya berhasil mewujudkannya. Saya ingin berbagi pengalaman tentang kehidupan saya selama 1 tahun ryuugaku di Tokyo. Saya adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang,  dari ichinensei saya sering coba – coba ikut seleksi ryuugaku, berkali – kali saya ikut namun masih belum rezekinya. Saya termotivasi oleh senpai – senpai  yang sedang dan sudah ryuugaku di kampus – kampus yang bekerja sama dengan DPBJ UPI. Dan akhirnya saya mendapat beasiswa pertukaran pelajar di Tokyo Gakugei University (tahun 2019-2020) dengan biaya sekolah gratis. Saya sangat senang dan bersyukur.

Tanggal 1 April 2019, saya dan 2 teman saya akhirnya tiba di Bandara Narita. Saya tinggal di asrama gedung A Selatan, lantai 9. Lantai paling tinggi. Dan ketika cuacanya sedang cerah, dari kamar saya bisa terlihat Fuji san. Untuk biaya kamar berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya, biaya sewa kamar yang saya ketahui dari senpai awalnya 5.900 yen per bulan, menjadi 24.000 yen per bulan. Belum lagi ditambah biaya – biaya lain seperti air, listrik, iuran fasilitas umum dan iuran pengurus. Totalnya akan menjadi sekitar 35.000 yen (tergantung pemakaian individu).

Musim semi di Tokyo. Sakura bermekaran dengan sangat indah. Pada hari pertama di kampus, saya dan mahasiswa lain melakukan orientasi kampus. Kegiatannya biasanya pengenalan kampus, sensei gata, tes kesehatan dan placement test.  Ada berkas – berkas dan biaya – biaya lain yang harus diselesaikan. Ada juga upacara penerimaan mahasiswa baru dan perayaan yang diselenggarakan oleh gakuseikai disana. Kegiatan pembelajaran di TGU hampir sama dengan di UPI, kami belajar bahasa jepang dan mahasiswa diperbolehkan mengambil mata kuliah pilihan lain yang tersedia pada level kelas yang telah didapatkan dari hasil placement test. Kita bisa menentukan jadwal sendiri karena bisa memilih kelas yang diinginkan, misalkan kelas 会話A1 dan A2, kita bisa memilih salah satu atau keduanya, karena sudah terdapat informasi mengenai kurikulum pada situs web kampus. Saya juga mempunyai tutor yang membantu saya ketika ada tugas,  meningkatan bahasa Jepang dengan berkomunikasi, dan jika ada waktu luang, kami menyempatkan untuk makan dan jalan – jalan bersama. Namanya Mio san, selain menjadi tutor, dia juga teman yang baik.

Sebelum tiba di Jepang, saya sudah terlebih dahulu mendapatkan info arubaito. Karena sebelum berangkat, saya sudah mendaftar lewat e-mail di restoran Ramen Halal Ouka di Shinjuku. Dan beberapa minggu setelah kedatangan saya di Tokyo, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri pergi sendiri ke Shinjuku karena ada mensetsu arubaito juga. Dengan hanya bermodal google maps, saya tiba di Shinjuku eki. Ada banyak jenis perusahaan kereta di Tokyo diantaranya, JR, Tokyo metro line dan Toei line(chikatetsu),Seibu dll. Untuk pembayarannya menggunakan tiket atau IC Card. Di Tokyo biasanya menggunakan Suica atau Pasmo.

Saya arubaito di restoran ramen halal yang dikelola oleh pasangan suami istri orang Jepang yang telah menjadi muallaf. Disini saya bekerja 4-5jam perhari dengan gaji 1000 yen perjam. Untuk hari dan shiftnya kita bisa bebas menentukannya. Pelanggan – pelanggan biasanya datang dari berbagai macam negara, ini juga menjadi kesempatan baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing selain bahasa Jepang. Rata – rata gaji arubaito di Tokyo cukup tinggi dibandingkan daerah – daerah lain, bisa 900-1000 yen keatas, tergantung jenis pekerjaan. Saya hanya menjalani arubaito sampai bulan September karena terbatas di ongkos dan alasan lain. Saya pun ditawari oleh senpai untuk arubaito sebagai 介助(Kaijo).

 介護(Kaigo) dan介助(Kaijo) hampir mirip, namun tugasnya berbeda. Kaijo membantu pasien untuk menjalani kegiatan sehari – hari nya, seperti memasak, memindahkan dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, serta menemani kegiatan pasien ketika diluar. Nama beliau Kano san, beliau tinggal seorang diri di apatonya dan sakit sehingga harus menggunakan kursi roda. Sebelum mulai bekerja, saya melaksanakan training terlebih dahulu selama 1 bulan, baru lah saya bisa memutuskan untuk lanjut atau tidak. Kano san juga sangat baik dan mengerti saya sebagai muslim. Hubungan yang terjalin pun cukup baik, beliau memperkenalkan saya pada teman – teman, juga keluarganya. Dan Kano san berharap setelah saya pulang ke Indonesia, saya bisa kembali lagi ke Jepang, melanjutkan S2 dan kembali bekerja dengan Kano san.

             

Pada waktu – waktu tertentu, saya dan teman – teman yang lain yang tinggal di Tokyo sering mendapat arubaito tambahan dari sensei menjadi tour guide atau interpreter. Bagi saya ini adalah pengalaman yang luar biasa, selain menambah uang jajan, juga menambah koneksi dan pengetahuan baru. Pada saat libur seperti golden week, natsu yasumi dan libur lainnya, ketika ada kesempatan saya jalan – jalan bersama teman dan senpai. Saya bersyukur bisa mengunjungi tempat – tempat yang ingin saya kunjungi, melakukan hal yang ingin dilakukan, bertemu teman – teman seperjuangan di Jepang dan dipertemukan dengan orang – orang baik. Karena kita harus yakin dan percaya, dimanapun kita, meskipun kita sendiri, Allah selalu menghadirkan orang – orang baik yang akan membantu kita. Merasakan pergantian empat musim, merasakan kehidupan dan komunikasi langsung dengan orang Jepang merupakan pengalaman yang takkan pernah saya lupakan. Saya mendapat banyak pengalaman dan ilmu baru, teman baru, keluarga baru. Saya berharap bisa terus melanjutkan mimpi saya di Jepang. Dimanapun itu, yang terbaik bagi saya. Saya ingin mewujudkannya kembali. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sensei gata yang sudah memberikan kesempatan ini, kepada orang tua dan teman – teman saya yang selalu mendukung dan kepada diri saya yang telah berjuang dan bekerja keras. Otsukaresama deshita! Sampai jumpa dicerita – cerita selanjutnya.

 

Demikian pengalaman Iqlima kuliah di Jepang. Menarik sekali ya. Terima kasih atas sharing-nya Iqlima-san, sukses selalu.