NAHAWAYANG UPI SEMARAKKAN CULTURE SUMMIT 2014

Nahawayang menyemarakkan Culture Summit 2014 yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia, Minggu (2/11/2014),  di Dago Tea House, Bandung. Culture Summit 2014 merupakan acara internasional dengan mengundang delegasi dari berbagai negara untuk menyuguhkan budayanya masing-masing. Gelar budaya ini diadakan rutin sebagai alat perdamaian dunia dan diadakan secara bergilir dari satu negara ke negara lain.

Pada tahun ke-25 ini, Kemendikbud menawarkan acara Culture Summit diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), karena merupakan universitas yang sudah lama berdiri dan memiliki visi dan misi yang sama dengan Founding Father acara tersebut yaitu Osaka In the World (OIW). OIW merupakan komunitas budayawan yang didirikan di Osaka, Jepang.

Acara ini ditujukan sebagai alat perdamaian dunia, karena budaya diyakini sebagai salah satu alat yang dapat membuat semua orang merasa bergembira dan sukacita. Meskipun peserta tidak mengerti bahasa satu dengan bahasa lainnya tetapi dengan budaya dan seni semuanya dapat dinikmati secara universal.

Menurut Ketua Pelaksana Culture Summit 2014 Dr. Didi Sukyadi, M.A., sebanyak 26 negara berpartisipasi dalam culture summit ini.  Tetapi sayangnya, hanya sekitar 17 negara yang mengirimkan delegasinya pada tahun ini karena beberapa alasan. Negara-negara Afrika yang sedang terjangkit virus ebola menjadi salah satu penyebabnya. Banyak negara lain yang juga sedang memiliki permasalahan sehingga tidak dapat mengirimkan delegasinya.

“Indonesia menampilkan Nahawayang. Nahawayang merupakan pagelaran wayang urban dengan suguhan teater dan orkestra. Kombinasi wayang golek dengan tatanan cahaya yang sangat dramatikal serta musik orkestra yang memperkuat cerita wayang itu sendiri,” kata Didi  Sukyadi yang juga Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI.

Nahawayang dimainkan oleh mahasiswa UPI. Begitu pula dengan aransmen, pencahayaan serta tata ruang nya pun oleh mahasiswa UPI khususnya mahasiswa Jurusan Seni Musik. “Acara ini diharapkan menjadi ajang membuat kesepahaman bersama dalam bidang perdamaian dan kebudayaan,” kata Didi.

Dia juga berharap, kegiatan ini bisa menyelaraskan berbagai macam kebudayaan dari berbagai negara agar memiliki nilai yang sama dalam proses perdamaian dunia. (Febriany Eka Putri, mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)

 

 

Sumber: http://berita.upi.edu/?p=717 [14 Peb 2017]